Apa yang saya tulis lebih banyak tentang apa yang saya alami, atau orang-orang terdekatku, atau pengalaman yang saya lihat. Ini tentang penyakit gangguan kejiwaan, penderitanya adalah orang terdekatku. Apa respon anda tentang penderita penyakit ini? Menjauh?, Meledek?, Mengusir?, atau.... Entah silahkan dijawab dengan hati nurani anda. Pengalaman saya, selama dari tahun 2009, saya baru menyadari jikalau Beliau menderita penyakit tersebut. Sehingga saya sedikit paham tentang apa kemauannya, apa yang ditakutinya, apa yang dipikirkannya. Saya tahu setelah keadaan memburuk dan kacau, karena Beliau sudah mulai merugikan dan merepotkan banyak orang.
Penyakit ini bertahap, tidak langsung ujug-ujug bertingkah seperti "orang gila". Mulai dari percakapan yang tidak nyambung, obrolan yang tidak nyata, ketakutan pada sesuatu yang berlebihan, seperti mendengar bisikan-bisikan orang, tidur tidak lelap, bengong sendiri, ngomong sendiri, atau bahkan sampai memukul orang yang tidak disukai. Sangat perlahan, jika tidak cepat ditanggapi/diperbaiki maka ada kemungkinan sangat sulit disembuhkan.
Jangan memakai dukun, kyai berkedok, atau apa lah yang lain. Saran saya, Dokter lebih berpengalaman menangani ini. Diharapkan untuk konsultasi ke psikiater/dokter jiwa terlebih dahulu. Selama masa perawatan adalah masa terberat (menurut pengalaman). Siapa yang tega, orang yang kita sayang menginap di rumah sakit jiwa (RSJ) bersama pasien2 lain. Dengan penjagaan ketat, dengan fasilitas seadanya, dan bahkan ada yang ditempatkan bersama-sama dengan pasien lain di satu ruangan. Menangis saya saat itu. Saya harus menemani, menempatkannya di kamar VIP dengan persetujuan dari semua anggota keluarga. Saya harap saya hadir bisa untuk teman bicara, sharing, dan mengisi kesepiannya. Setiap hari selama 16 hari berturut-turut. Berbaur dengan pasien dan penunggu pasien yang sabarnya luar biasa. Rasa bosan, dan lelah pasti udah memuncak.
3 hari awal masuk RSJ memang saya tidak tahu menahu, dan sedang berada di kota yang berbeda. setelah hari ke 4, saya baru menemaninya, sampai keluar dari rumah sakit. Dari pagi sampai pagi lagi. Antar keluarga pasien sudah saling kenal, palah akrab, karena setiap hari ketemu, ngobrol, dan sharing keluh kesah.
Saya benar-benar ngga bisa membedakan antara pasien dan bukan pasien, semua sama, bisa diajak ngobrol dengan pertanyaan normal. Sadar saya betapa sabarnya mereka dengan itu.
Ngobrol ngobrol, semua pasien yang disitu memang sudah langganan, dan sering keluar masuk kamar itu. Untuk keluarga saya ini lah yang pertama kali. Pikirannya adalah apakah akan sama seperti mereka, keluar masuk dan jadi langganan RSJ? Kebanyakan dari mereka hanya bertahan seminggu sudah normal kembali, setelah obat dan terapi diberikan mereka akan cepa merespon dan kembali normal, namun suatu saat bakal kambuh lagi. Itulah gangguan jiwa.
sampai pada titik jenuh, ketika semua pasien yang masuk telah keuar labih dulu, bahkan kadang mereka cuma beberapa hari. pada hari ke 19 di RSJ itu, saya berpikir semua sudah normal lah, dan aku sudah tak menginginkan kesabaranku terperangkap hanya di tempat itu saja. Berpikir berulang kali dan saya pasrahkan pada Sang Pemberi segalangnya. 'Apabila hendak disembuhkan, sembuhkanlah sekarang, jika ini azab dan tidak akan sembuh, saya pasrahkan pada hari ini saja'. Pada hari ke 20 perubahan cukup banyak, dan tiba-tiba normal jreng. Saya pikir ini ajaib, setelah dari hari pertama hingga hari ke 19 seperti tak ada perubahan, dan tiba-tiba normal. hari itu juga saya konsultasi dengan dokter dan psikiater yang menangani pasien itu. Yaah memang diperbolehkan pulang dengan catatan kontrol dan minum obat terus.
Secara medis memang dokterlah yang mengusahakan semua, tp mungkin spirit do'a itu lebih bisa menjadi obat yang mujarab. Dan Alhamdulillah sampai saat ini, obat telah berhenti total, everything is good.
Do'a.
Monday, February 25, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Hi, terimakasih sudah membaca, Silahkan tulis komentarmu disini...