Powered by Blogger.

Saturday, September 19, 2015

Simfoni Mahameru, Cintaku Negeriku, Bocah Pembakar Ikan




Malam ini, Sabtu, 19 September 2015. Saya ingin sekali menuliskan apa yang baru saja saya alami dan lihat. Peristiwa begitu mengharukan bagi saya. Sekitar 19.20 WIB, setelah pulang shalat isya dari masjid saya bersepeda ontel untuk pergi ke jalan raya membeli ikan bakar. Jaraknya lumayan dekat makanya saya nyepeda, kalau ibu kos saya biasa jalan kaki palah ke warung ikan bakarnya. Tidak sampai 5 menit saya sampai di warung pinggir jalan bantul KM 9.5. Saya parkirkan sepeda, dan menanyakan "ikannya masih dek?", disitu hanya ada anak laki-laki sedang bermain handphone dan memegang buku.

Sejak kedatanganku handphone nya dia letakan dan berdiri sambil menjawab singkat "masih."

Kemudian saya diajak melihat ikan di box sterofom putih.
Dia menanyakan "mau yang mana?"
"Nila", jawab saya sambil nunjuk ikan. Dia angkat ikan berwarna agak merah itu.
Saya berubah pikiran karena ikannya agak kecil dan mengganti dengan ikan cakalang. "yang itu aja yang dibawah ikan apa itu?, tanya saya.
"Cakalang.", jawabnya singkat.
"yah, yang itu saja." tutup saya.

Dia lalu menimbang ikannya dan mengatakan "sembilan ribu". "oke", jawabku

Kemudian saat mau melangkah saya kembali membuka percakapan, "Ibumu kemana?". Dia menjawab, "lagi pergi sebentar".
"bakar bisa ya dek?", saya tanya lagi. "bisa.", lagi-lagi dia irit jawab.

Saya kemudian duduk sambil memainkan hp, dan melihat buku yang anak tadi baca, bukunya berjudul CINTAKU NEGERIKU, buku itu kumpulan lagu nasional. Saya membolak balik buku yang di dalamnya bergambar not balok dan lirik lagu yang hampir sebagian saya lupa. Itu nyanyian waktu SD dulu.



Bocah tadi sibuk dengan seekor cakalang, dia beleh, cuci dan bumbuin, kemudian menyalakan kompor. Tak selang lama bunyi "sreeeeng" ikan itu masuk minyak panas. Bocah itu begitu ahli menyiapkan pesananku.

Aku masih pura-pusa sibuk dengan handponeku, pikiranku kemana-mana. Entah aku begitu merasa bingung, masa bocah sekecil itu yang menyiapkan lauk untuk saya?. dan banyak lagi pertanyaan yang tak ada jawabannya.


Sekitar 20 menit bocah itu, naik ke kursi plastik untuk mengambil kertas minyak dan sambal.
Tiba-tiba dia berkata "klipnya habis",
saya tanyakan lagi "gimana?"
Dia mengulangi kata yang sama "klipnya habis", ternyata yang dia maksud adalah isi stepler, mungkin dia mencari ngga ketemu, atau mungkin memang habis.
"udah ngga papa, ga usah di klip", jawab saya.

Lalu dia mengambil plastik dan memasukan bungkusan kertas minyak berisi ikan kedalam plastik, dan tak lupa memasukan satu bungkus sambal.

Dia memberikan ke saya. Saya bertanya "kelas berapa kamu de?".
"kelas 6", jawab singkat.
"oowh anak pintar, nih bayarnya ya, sisanya untukmu anak pintar". Saat itu saya memang pas bawa uang 15ribu, dan ngga bawa dompet. Saya kasih semua. Saya pikir itu sedikit penghargaan untuknya yang susah payah melayani saya. Dan saya memang kagum dengannya. Bocah kelas 6 SD membantu ibu nya jualan ikan bakar, anak laki-laki pula. super.

Saya kemudian pulang, didepan rumah ada ibu kos yang tiap malam menyirami halaman dengan beberapa ember bekas cucian. Ibu kos tanya, "darimana mbak?"
"habis beli ikan bakar ini, hehe (sambil nyengir-nyengir)", jawab saya
"oh di pinggir jalan situ? (sambil nunjuk arah warung ikan bakar)"
"Iya bu", jawab saya
"Saya biasa beli, tapi dianterin sama meru (anaknya) biasanya" ibu kos mulai cerita
"oh bisa dianterin ya?" pura-pura nanya saya.
"bisa biasanya anaknya si meru yang anterin", ibu kos melanjutkan
"ini tadi juga dibakarin sama anak kecil cowo itu. siapa namanya?" Mulai kepo saya
"Simfoni Mahameru, teman kelasnya Ilham itu (ilham anak ibu kos).
"wah namanya keren", mulai penasaran lagi.

Lalu ibu kos menceritakan, dia ditinggal bapaknya 6 tahun ngga balik lagi kesini, sejak dia TK sampai sekarang. Bapaknya orang Kendari, pulang kesana waktu Bapaknya yang di Kendari meninggal tapi sampai sekarang ngga pulang. Dia tinggal bersama adeknya cewe, dan Ibunya. Jualan Ikan Bakar tiap sore sampe jam 8 malam.

Itu hanya satu dari jutaan cerita yang hampir sama tentang kisah-kisah yang sangat menguras emosi. Dan Tuhan ingin kenapa ditunjukan kepada saya untuk perlunya bersyukur dan berbagi. Alhamdulillah, Terimakasih. sekian.

Sampai selesai menulis ini, ikannya belum saya makan :D, lapar saya ilang.

No comments:

Post a Comment

Hi, terimakasih sudah membaca, Silahkan tulis komentarmu disini...