Patung Brigjend. Slamet Riyadi (bunderan PGS)
YOGYAKARTA, Minggu, 30/9/2012. Perjalanan wisata kami mulai dari kediaman kos kami di Yogyakarta. Solo atau Surakarta tak jauh beda dengan Yogyakarta, kota yang kental budaya jawa, kesenian, batik, keraton dan kuliner yang enak. Niat melancong ke Solo itu menggunakan kereta Pramex(Prambanan Expres). Berangkat melalui stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. tiba di Stasiun kira-kira jam 8.20 wib, dari kos mengendarai sepeda motor. Kenapa tidak menggunakan sepeda motor ke Solo? jawabannya macam-macam, seperti Capek, tidak ada sense of tourist-nya, dan kepengin nyoba naik kereta. Yang jelas lebih indah naik kereta lah, keliatan wisatawan-nya.
Kereta Senja di Balapan Solo
Jadwal keberangkatan kereta pada pukul 9.35 wib. Kereta melewati beberapa stasiun dan berhenti pada beberapa titik, Stasiun di Bandara Adi Sucipto, stasiun di Klaten. Sepanjang perjalanan terjadilah obrolan-obrolan kami dengan penumpang lain yang mengerti seluk beluk kota solo, tentang kendaraan, wisata, kuliner, batik, dan ngalor-ngidul ceritanya. Dan kami memutuskan turun di stasiun Purwosari (berdasarkan rekomendasi dari mbak2 yang ada di kereta). Tiba pada pukul 10.30 wib kira-kira.
Tiket Kereta Prameks
Hmm mulai galau, maunya ke keraton, tapi kesananya naik apa nggak ngerti, sama-sama baru naik kereta yah. Tanya punya tanya, yang ditanya adalah tukang becak. Naik becak 30ribu (MAHAL), tawar menawar terjadi, tapi tetep nggak bisa sepakat. Kami putuskan naik TAKSI, yang langsung ditawari 20ribu. Sebenarnya ya lucu, mana sensasi wisatawannya?, tapi apa daya lebih nyaman, cepat dan nggak pakek tawar-menawar lagi.
Keraton
Halaman Keraton
Sampai di keraton, berapa HTM nya? 10ribu, sudah termasuk masuk museumnya. Lumayan ramai juga, karena weekend. Sedikit bercerita tentang keraton surakarta: penuh nuansa mistis, banyak larangan, dan penuh jebakan (ini cuma beberapa orang :D). Area khas keraton, bangunan yang tua, penuh patung-patung yang kaya di film-film, halaman yang penuh pasir (DILARANG MEMBAWA PASIR), dilarang memakai alas kaki kecuali sepatu, ada batas larangan melintas. Pada museum ada kereta andong, arca, Foto-foto Paku Buwono (PB), patung, lukisan, oranamen tentang keraton, dan miniaturnya. Soal kebersihan dan perawatan masih jauh nih, lebih bersih dan terawat keraton Yogyakarta.
Terasa capek dan puas muter-muter keraton dan museumnya, kami melanjutkan perjalanan. Pukul 12.00 jalan kaki (Panase ngadubileh :/) menuju Masjid Agung yang lokasinya tidak jauh dari Keraton, yah jalan kaki sekitar 10 menit lebih sedikit lah. sepanjang perjalanan ditawari, "mbak becak mbak, mau kemana mbak?"..sangat ramah yah.
Masjid Agung, pasti besar. Ramai sekali masjidnya, karena waktu sholat dhuhur. Kebanyakan dari mereka para wisatawan yang sedang belanja dan jalan-jalan (dekat dengan pasar Klewer). Setelah selesai sholat dan lain-lain, melanjutkan perjalanan ke Pasar Klewer (Pasar paling terkenal batiknya di Solo).
Pasar Klewer, nggak jauh beda denga pasar Beringharjo, yogyakarta. Menjual batik, kaos-kaos khas solo, souvenir, dan yang pasti kuliner khas Solo. Yang dicari adalah Tengkleng (Makanan semacam gulai tulang kambing). Letaknya sebelah kanan sebelum Gapuro (pintu gerbang) Pasar Klewer, namanya TENGKELNG BU EDY. Sedikit nasi dan beberapa gulai tulang kambing, serta jeroan (iso) yang dibungkus daun pisang dan kertas minyak tampak begitu nikmat. Memang benar saja, rasanya MAKNYUS (kata pak Bondan), daging kaming yang menpel pada tulangnya empuk, sate iso nya yang ikut digulai juga nggak bau, pokoknya uenaak. Harga satu porsinya 15ribu, harga yang cocok dengan rasanya.
Lanjut, eh ada yang lupa, temen kami yang nggak suka kambing lebih memilih menikmati bakso klewer, entah dimana tempatnya itu, katanya didalam pasar, ueenaak juga katanya. Habis makan, kenyang, pulang? belum dong, muter-muter dulu di pasar klewer, giliran nyari dawet pasar klewer. Ketemu di pojok pasar, bawah tangga belakang. Es Dawet yang banyak ditemukan di tempat lain juga, tapi karena ini di pasar klewer, ya sebut saja Dawer (Dawet Pasar Klewer :D). Es Dawet kanji berwarna merah muda yang disajikan dengan mangkuk kecil terasa begitu seger, duduk di pinggir jalan lalu lalang wisatawan. Harga satu porsi dawetnya 2.500.
Kemana lagi? Niatnya ke PGS (Pasar Grosir Solo). Lagi-lagi jalan kaki, karena jaraknya tidak terlalu jauh. yang menyiksa hari itu adalah cuaca yang puanas banget, ckck. Hanya tinggal kira-kira 200 meter, kami berhenti untuk istirahat. Apa jadinya? malas menggelayut, capek kerasa, dan sore menjemput. Akhirnya ngga jadi ke PGS, langsung tawar becak menuju stasiun Balapan, 15 ribu untuk 3 orang. Jaraknya lumayan jauh juga. Sampai di Balapan sekitar pukul 15.30 wib. Wuiiih antri tiketnya coy, sampe pintu luar. Dan keberangkatan prameks pukul 17.41 wib. Hmmm nunggu lama lagi, muter-muter stasiun balapan dah.
Ada yang unik nih, kami ketemu ibu-ibu yang pas berangkat bareng dikereta, dan pulangnya ke jogja bareng, naik keretanya bareng lagi. ahihi ternyata Ibu nya dari jogja liburan ke solo, dan balik lagi ke jogja, sama kayak kita.
Perjalanan pulang terasa lama banget, emeng bener lama sey, yang dijadwalkan sampe Lempuyangan pukul 18.46, jadi sampe jam 19.00 lewat.
Sudahi perjalanan Solo, yang penuh pengalaman. Ada yang ku suka di Solo, orang-orangnya sangat ramah, penuh senyum, sangat mengesankan.
See you next adventure :)
Thursday, October 4, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Hi, terimakasih sudah membaca, Silahkan tulis komentarmu disini...