Powered by Blogger.

Wednesday, March 22, 2017

Wisata Bukit Rhema, House of Prayer



Rabu, 15 Maret 2017.  Setelah perjalanan dari Candi Borobudur, karena waktu itu masih cukup siang sekitar jam 14.30 kami putuskan untuk mencari lokasi wisata lain di sekitar Magelang.  Ada 2 pilihan Top selfie kragilan atau ke bukit rhema.  Setelah cek Gmap, bukit rhema yang paling dekat dengan waktu yang sudah mendekati sore.  Saya putuskan ke bukit rhema, yang jaraknya sekitar 2KM dari Candi Borobudur. Kami diberikan arah rute terpendek sama petugas parkir di Candi Borobudur. 


Setelah sampai di parkiran bawah bukit rhema terlihat sepi (bukan weekend).  Bayar parkir RP. 2000.  Dari parkir bawah untuk menuju ke Gereja ayam Bukit Rhema harus menaiki jalan menanjak yang sudah dibuat tangga dari cor semen. Jaraknya sekitar 250 meter (tapi nanjak). Lumayan bikin ngos-ngosan dan gemetar kaki.

Sebelum sampai di Gereja ayam ada petugas pintu loket, Tiketnya cuma RP. 10.000 (domestic) RP. 25.000 (Turis asing) ----- (per Maret 2017).

Sampai lah di rumah doa di bukit rhema yang terkenal dengan sebutan gereja ayam karena bentuk bangunannya menyerupai ayam ( tapi sebenarnya bentuk merpati, googling aja sejarahnya)

Di pintu masuk, ada petugas yang cek tiket.  Pengunjung dipersilahkan untuk masuk dan menaiki bangunan tangga yang terdiri dari 5 lantai (pendek-pendek).

Tangga terbuat dari kayu, sepertinya sudah banyak renovasi karena saat melihat film AADC 2 kondisinya jauh berbeda.  Sampai di Lantai 2, banyak ragam mural yang tergambar di dinding-dinding, mural dengan pesan moral dan tentang nasionalis, tentang keberagaman Indonesia dan tentang persatuan. Pada lantai 3 juga sama demikian, dindingnya penuh dengan gambar yang mengesankan. Pada lantai 4 belum ada gambar, mungkin masih proses akan digambar.


Sampai lah menaiki tangga ke lantai terakhir, mahkota dari merpati gedung itu. Disanalah pemandangan mengesankan dapat dilihat.  Jika cuaca cerah, pengunjung bisa melihat gunung merapi, candi Borobudur dan kawasan magelang yang menghijau.  Mahkota tidak terlalu luas, seperti menara pandang, lokasi itu hanya bisa menampung sekitar 8-10 orang. Jadi jika ramai pengunjung mungkin bisa bergantian.


View Merapi Dari atas mahkota rumah DOA

View Dari atas mahkota rumah doa

Setelah puas photo-photo, kami turun berbincang dengan petugas yang masih muda dan ternyata orang asli Purwokerto (haha kita ngobrolnya pakai bahasa ngapak).  Jam 17.00 turun.



Menuju Basement, ruang bawah tanah yang bentuknya seperti goa. Banyak ruang-ruang tersedia, seperti tempat ibadah berbagai agama termasuk ada mushola juga. ada juga toilet.  Kebetulan kami bertemu dengan petugas yang hendak mengganti lampu penerangan.  Kita berbincang di temaramnya ruang bawah tanah, dan beliau mengatakan kalau ini bukan gereja, lebih tepatnya adalah rumah doa. Jadi semua agama bisa memakai sebagai rumah doa.



Tadinya kita mau sholat ashar disana, cuma lokasi toilet dan mushola agak jauh, tidak ada sendal juga, gelap dan sepi juga. Jadi agak merinding hahaa. Kami putuskan lanjut turun dan menuju parkiran (ada toilet, ada mushola, rumah yang di desain jadi tempat sholat).

Setelah itu, pulang menuju Yogyakarta.



penampakan basement

No comments:

Post a Comment

Hi, terimakasih sudah membaca, Silahkan tulis komentarmu disini...